Iya, itu sebutan manis untuk
lelaki yang berparas tegap, tinggi, dan memiliki kumis tipis di atas bibir
manisnya. Dia adalah kawan lama ku dulu saat aku masih duduk di bangku SMP.
Lelaki yang memiliki watak pendiam, tertutup dan pemalu ini sudah menyimpan
rasa yang berbeda untuk ku sejak dua tahun lalu, hingga kini dia mengungkapkan
rasa yang tlah lama terpendam kepada gadis istimewa nya. “ ngomong-ngomong kamu
udah punya pacar belum? “ tanya lelaki pemalu itu. “ aku? “ jawab gugup gadis yang
sedang duduk di sebelahnya. “iya. Udah punya pacar belum?” jawab si Hitam Manis
mempertegas. “kalau aku punya pacar mana mungkin aku bisa berada disini sama
kamu” jawab si gadis dengan tersipu malu. “berarti belum? Kalau sama aku mau
ngga?” tanya si hitam manis serius. Namun, aku hanya tersenyum malu mendengar
pernyataan dia yang tlah mengungkapkan perasaan terpendam sejak dua tahun lalu.
“kita jalanin dulu aja, semoga kita cocok dan ngga cuma itu aku cuma mau kamu
bisa buat aku nyaman saat aku sama kamu”. “aku akan berusaha buat kamu nyaman
kapanpun dan dimanapun” jawab lelaki itu menyanggupi. Di tengah-tengah
keramaian alun-alun kota wali itu, aku dan dia mengahabiskan waktu bersama,
becanda, berbincang-bincang panjang tak berkesudahan, tertawa, berkeliling
alun-alun melihat keramaian festival yang sedang di selenggarakan pada saat
itu, hingga tak terasa suara lantunan adzan pun terdengar menghampiri suasana
terik panas matahari, kita pun segera kembali menuju bangunan indah rumah Allah
yang berada di alun-alun kota tesebut untuk menunaikan kewajiban kita.
Berselang beberapa menit kemudian, aku dan dia memutuskan untuk segera pulang
ke rumah karena hari sudah menunjukkan pukul sore. Di tengah perjalanan pulang
pun kita kembali berbincang-bincang seru sampai tak terasa kita berpisah untuk
pulang ke rumah masing-masing.